BAGAIMANA MENYENTUH HATI
Buku ini diperntukkan bagi para pemuda
yang merasa terpanggil oleh Allah swt.
“Dan hendaklah diantara kalian ada segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung.” (Ali Imran : 104)
Dengan semangat tinggi mereka menyeru
manusia kepada kebaikan, tetapi banyak diantara mereka yang tidak mengetahui
cara mengambil hati objek da’wah sehingga banyak kesempatan berharga terbuang
sia-sia.
Saudaraku, jaganlah engkau putus asa,
karena putus asa bukanlah akhlak seorang muslim. Ketahuilah bahwa kenyataan
hari ini adalah mimpi hari kemarin, dan impian hari ini adalah kenyataan hari
esok. Yang lemah tidak akan lemah sepanjang hidupnya dan yang kuat tidak akan
selamanya kuat.
Individu adalah komponen terkecil
penyusun masyarakat yang menentukan perjalanan dan bentuk masyarakat itu. Oleh
karenanya, yang menjadi tonggak
dalam gerakan kita adalah individu, kemudian
keluarga, dan masyarakat. “Dan berilah
peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (Asy-Syu’ara “ 214)
Tugas kita sebagai da’i adalah seperti
tugas pegawai listrik, mengalirkan kekuatan ini dari sumbernya ke setiap hati
orang muslim agar senantiasa bersinar mengelilingi sekitarnya, seperti firman
Allah dalam QS Al Maidah ayat 15-16 dan QS Al An’am ayat 122.
Permasalahan
yang menghadang da’i dalam medan da’wah adalah berasal dari dirinya sendiri,
padahal orang yang tidak memiliki sesuatu tidak akan dapat memberikan sesuatu
tersebut. Ingatlah firman Allah “Dan
janganlah kalian berhati lemah dalam mengejar mereka (musuh kalian). Jika
kalian menderita kesakitan (kekalahan), maka mereka sesungguhnya juga menderita
kesakitan sebagaimana kalian menderitanya. Sesungguhnya kalian mengharap dari
Allah apa yang tidak mereka harapkan. Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.” (An Nisa’ : 104). Oleh karena itu, seorang da’i hendaknya
memperhatikan celah kebaikan dari seseorang kemudian memupuknya, sehingga celah
keburuan yang ada padanya tersingkir dan ia mau bangkit berdiri melangkah di
jalan Islam. Perilaku dan keteladanan seorang da’i yang ikhlas akan mempunyai
pengaruh yang lebih besar daripada tulisan dan ceramah.
Dalam
kehidupan ini, manusia dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori. Yang pertama
adalah manusia yang berperlaku dengan akhlak Islamiah, rajin beribadah dan
rajin ke masjid. Orang yang seperti ini harus dinomorsatukan karena lebih dekat
dengan da’wah kita. Yang kedua adalah orang yang berperilaku dengan akhlak
Asasiyah, tidak taat beragama tetapi tidak mau terang-terangan dalam berbuat
maksiat karena masih menghormati harga dirinya. Yang ketiga adalah manusia yang
berperilaku dengan akhlak jahiliyah yang perangainya jelek, dalam sabda
Rasulullah disebut sebagai sejelek-jeleknya teman bergaul.
Menghafal
nama, adalah hal yang penting. Dari sini terjadi interaksi dan lahir sifat
saling percaya sesama individu, ini merupakan langkah awal yang mengikat antara
hati individu. Rasulullah bersabda “Termasuk
sifat angkuh adalah seserang yang masuk ke dalam rumah temannya, lalu
disuguhkan kepadanya makanan ia tidak mau memakannya; dan seorang laki-laki
yang bersama laki-laki lain dalam perjalanan tetapi ia tidak menanyakan namanya
dan nama orangtuanya.” (HR. Ad-Dailami). Mulailah perkenalan dengan memperkenalkan
nama kita terlebih dahulu, karena jika menanyakan namanya dahulu mungkin dia
akan curiga, terlebih jika situasinya sedang rawan.
Salah satu
sarana da’wah terpenting adalah diri kita. Pertama, jika bertemu berilah salam.
Kedua, jika tidak kelihatan maka cari tahulah. Ketiga, jika sakit maka
jenguklah. Keempat, jika ia mengundang maka penuhilah. Kelima, jika ia bersin
dan mengucapkan “hamdalah” maka
jawablah dengan “yarhamukallah”.
Keenam, jika ia meninggal dunia maka antarkanlah ke tempat pemakamannya.
Dari Abu
Hurairah ra, ia berkata Rasulullah bersabda
“Setiap anggota badan manusia diwajibkan mengeluarkan sedekah setiap hari
dimana matahari terbit” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah bagaimana kita
dapat bersedekah?” Rasul menjawab “Sesungguhnya pintu untuk berbuat baik itu
sangat banyak. Bertasbih, bertakbir, dan bertahlil adalah sedekah;
menyingkirkan duri di jalanan adalah sedekah; menolong orang tuli dan buta
adalah sedekah; dan menunjukkan orang yang kebingungan, menolong dengan segera
orang yang sangat memerlukan adalah sedekahmu terhadap dirimu.”
Rasulullan
saw bersabda “Senyummu di depan saudaramu
adalah sedekah”. Senyuman adalah gambaran isi hati yang menggerakkan
perasaan yang memancar pada wajah seperti kilatan cahaya yang seakan memanggil
sehingga hati yang mendengar akan terpikat. “Kamu
tidak akan dapat membahagiakan orang lain dengan hartamu, tetapi yang dapat
membahagiakan mereka adalah wajah yang ceria dan akhlak yang mulia.”
Cara
bertutur kata dan penampilan da’i akan menarik perhatian orang yang mendengar
dan melihatnya, karena pada dasarnya jiwa manusia cenderung tertarik pada
penampilan yang indah dan baik. Sehingga benar adanya sebuah ungkapan
“Keberhasilan sebuah misi akan bergantung kepada pembawa misi tersebut.” Contoh
konkret dari pentingnya penampilan adalah kisah Mush’ab bin Umair ra yang mampu
menarik Usaid bin Hudhair dan Sa’ad bin Mu’adz yang awalnya marah menjadi masuk
Islam dan menjadi da’i.
Rasulullah
saw bersabda “Barangsiapa memandang
saudaranya dengan kasih sayang niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya.”
Mata menjadi sangat penting bagi da’i karena ketia ia memandang saudaranya
dengan kasih sayang, seakan-akan ia telah memberikan seluruh hartanya yang
paling berharga. Hal ini tertuang dalan QS Al Kahfi ayat 28.
“Kamu tidak akan masuk surga hingga kamu beriman,
dan kamu tidak beriman hingga kamu saling mencintai (karena Allah). Apakah kamu
mau jika aku tunjukkan pada satu perkara jika kamu kerjakan perkara itu maka
kamu akan saling mencintai? Sebarkanlah salam diantara kamu!” (HR. Muslim) dan
“Sebaik baik kamu adalah yang lebih dahulu mengucap salam.”
Memberikan
tempat duduk dalam suatu majelis kepada orang yang baru datang akan memberikan
kesan tersendiri di hati orang tersebut dan jangan lupa untuk berjabat tangan
ketika bertemu “Tidaklah seorang muslim
yang bertemu lalu berjabat tangan, kecuali bagi mereka ampunan sebelum mereka
berpisah.”
Balaslah
keburukan dengan kebaikan “Sambunglah
orang yang memutuskanmu, berilah makanan orang bakhil terhadapmu, dan berilah
maaf orang yang berbuat zalim terhadapmu.” “Jika
karenamu Allah memberikan hidayah kepada seseorang, maka hal itu lebih baik
bagimu daripada unta merah sekalipun.” (Al Hadist). Hal ini juga diperjelas
dalam firman Allah QS Asy-Syuara ayat 43.
Sarana
untuk membuka hati seseorang sangat banyak, misalnya saat kita meringankan
beban orang lain, membuatnya gembira, membayarkan hutangnya, memberinya makan,
menemaninya dalam menyelesaikan keperluan.
Anak adalah
fondasi sebuah bangunan, sehingga mendidik anak dengan cara Islami sangat
penting karena tidak ada paksaan dalam agama. Mulailah dengan memberikan nama
yang baik.
Dakwah
seseorang bisa dilakukan dengan dua cara. Yang pertama dengan kata-kata dan
penjelasan. Hal ini dapat dilakukan dengan berdiskusi tentang masalah-masalah
tertentu yang meragukan. Yang kedua adalah dengan perbuatan (keteladanan).
Tidak ada artinya bila kita menyeru mereka berbuat sesuatu yang baik tetapi
kita tidak memberi contoh pada mereka. Pada hakekatnya manusia akan meihat
perbuatan dan sikap seseorang terlebih dahulu sebagai pertimbangan untuk
mendengarkan kata-katanya.
Menjadi
da’i paling tidak harus memiliki dua karakter yaitu optimis dan sabar. Apabila
tidak yakin dengan yang dilakukannya bagaimana bisa mengajak orang lain untuk
berbuat baik? Selain itu para da’i juga harus cerdas dan jujur. Harus tahu
bagaimana bersikap dalam menghadapi orang yang sedang tersulut emosi maupun
orang yang samasekali belum tersentuh da’wah.
Islam
adalah agama yang abadi, sementara kehidupan tidak terikat pada bentuk tertentu
sehingga cenderung membosankan sehingga manusia berusaha mencari kompensasi.
Para pemdakwah juga tidak boleh lupa dengan fenomena masyarakat modern saat
ini. Justru harus memanfaatkan semua media dan sarana yang ada untuk berdakwah.
Dalam
berdakwah, para da’i harus memiliki strategi khusus. Jangan tergesa-gesa untuk bertindak
dan mendapat hasil tapi nantinya malah gagal di tengah jalan. Kejadian
tergesa-gesa ini sudah banyak terjadi di lingkungan masyarakat. Orang yang
belum tahu tidak langsung pahan dalam semalam, tetapi harus melalui perjalanan
kesabaran untuk memberi penjelasan secara perlahan-lahan. Ucapkan salam ketika
bertemu, hormati tokoh masyarakat dan orang yang lebih tua, utamakan akhlak tapi
jangan lupakan penampilan yang indah karena pada hakekatnya, manusia suka
terhadap keindahan. Jangan lupa untuk memuliakan tamu, memanggil seseorang
dengan nama indah yang disukainya dan jangan memperpanjang debat. “Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlan mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.” (An-Nahl : 125)
Ada sebuah
nasihat yang diberikan Imam Hasan Al-Bana kepada saudara-saudaranya ketika mereka
menaiki sebuah sampan di Sungai Nil :
“Perumpamaan kita dalam perjalanan dengan bahtera ini bersama ombak yang
mengepung di berbagai penjuru, adalah seperti da’wah kita. Bahtera yang
menembus berbagai gelombang, seperti dakwah yang harus melalui banyak
rintangan. Kadang bahtera kita oleng ke kanan dan ke kiri dengan hebatnya
hingga kita yang di dalamnya merasa khawatir dan gelisah. Lalu kita turukan
layar dan mengganti dengan dayung. Untuk itu kesulitan dan perjuangan yang
harus dihadapi lebih banyak, dan mungkin menyebabkan terlambat beberapa waktu
untuk sampai di tujuan. Namun, hal itu lebih baik daripada berhenti dan tidak
pernah sampai.”
Ingatlah
bahwa kita hidup di dunia ini hanya sementara, tapi kita sering melupakan hal
terpenting itu seperti yang dikatakan Rasulullah saw : “Semua manusia tertidur lelap, hingga ketika kematian menghampiri
barulah mereka tersadar.”
No comments:
Post a Comment