Wednesday, April 3, 2013

BAGAIMANA MENYENTUH HATI


BAGAIMANA MENYENTUH HATI

Buku ini diperntukkan bagi para pemuda yang merasa terpanggil oleh Allah swt.

“Dan hendaklah diantara kalian ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali Imran : 104)
Dengan semangat tinggi mereka menyeru manusia kepada kebaikan, tetapi banyak diantara mereka yang tidak mengetahui cara mengambil hati objek da’wah sehingga banyak kesempatan berharga terbuang sia-sia.
Saudaraku, jaganlah engkau putus asa, karena putus asa bukanlah akhlak seorang muslim. Ketahuilah bahwa kenyataan hari ini adalah mimpi hari kemarin, dan impian hari ini adalah kenyataan hari esok. Yang lemah tidak akan lemah sepanjang hidupnya dan yang kuat tidak akan selamanya kuat.
Individu adalah komponen terkecil penyusun masyarakat yang menentukan perjalanan dan bentuk masyarakat itu. Oleh karenanya, yang menjadi tonggak
dalam gerakan kita adalah individu, kemudian keluarga, dan masyarakat. “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (Asy-Syu’ara “ 214)
Tugas kita sebagai da’i adalah seperti tugas pegawai listrik, mengalirkan kekuatan ini dari sumbernya ke setiap hati orang muslim agar senantiasa bersinar mengelilingi sekitarnya, seperti firman Allah dalam QS Al Maidah ayat 15-16 dan QS Al An’am ayat 122.
Permasalahan yang menghadang da’i dalam medan da’wah adalah berasal dari dirinya sendiri, padahal orang yang tidak memiliki sesuatu tidak akan dapat memberikan sesuatu tersebut. Ingatlah firman Allah “Dan janganlah kalian berhati lemah dalam mengejar mereka (musuh kalian). Jika kalian menderita kesakitan (kekalahan), maka mereka sesungguhnya juga menderita kesakitan sebagaimana kalian menderitanya. Sesungguhnya kalian mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (An Nisa’ : 104). Oleh karena itu, seorang da’i hendaknya memperhatikan celah kebaikan dari seseorang kemudian memupuknya, sehingga celah keburuan yang ada padanya tersingkir dan ia mau bangkit berdiri melangkah di jalan Islam. Perilaku dan keteladanan seorang da’i yang ikhlas akan mempunyai pengaruh yang lebih besar daripada tulisan dan ceramah.
Dalam kehidupan ini, manusia dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori. Yang pertama adalah manusia yang berperlaku dengan akhlak Islamiah, rajin beribadah dan rajin ke masjid. Orang yang seperti ini harus dinomorsatukan karena lebih dekat dengan da’wah kita. Yang kedua adalah orang yang berperilaku dengan akhlak Asasiyah, tidak taat beragama tetapi tidak mau terang-terangan dalam berbuat maksiat karena masih menghormati harga dirinya. Yang ketiga adalah manusia yang berperilaku dengan akhlak jahiliyah yang perangainya jelek, dalam sabda Rasulullah disebut sebagai sejelek-jeleknya teman bergaul.
Menghafal nama, adalah hal yang penting. Dari sini terjadi interaksi dan lahir sifat saling percaya sesama individu, ini merupakan langkah awal yang mengikat antara hati individu. Rasulullah bersabda “Termasuk sifat angkuh adalah seserang yang masuk ke dalam rumah temannya, lalu disuguhkan kepadanya makanan ia tidak mau memakannya; dan seorang laki-laki yang bersama laki-laki lain dalam perjalanan tetapi ia tidak menanyakan namanya dan nama orangtuanya.” (HR. Ad-Dailami). Mulailah perkenalan dengan memperkenalkan nama kita terlebih dahulu, karena jika menanyakan namanya dahulu mungkin dia akan curiga, terlebih jika situasinya sedang rawan.
Salah satu sarana da’wah terpenting adalah diri kita. Pertama, jika bertemu berilah salam. Kedua, jika tidak kelihatan maka cari tahulah. Ketiga, jika sakit maka jenguklah. Keempat, jika ia mengundang maka penuhilah. Kelima, jika ia bersin dan mengucapkan “hamdalah” maka jawablah dengan “yarhamukallah”. Keenam, jika ia meninggal dunia maka antarkanlah ke tempat pemakamannya.
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata Rasulullah bersabda “Setiap anggota badan manusia diwajibkan mengeluarkan sedekah setiap hari dimana matahari terbit” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah bagaimana kita dapat bersedekah?” Rasul menjawab “Sesungguhnya pintu untuk berbuat baik itu sangat banyak. Bertasbih, bertakbir, dan bertahlil adalah sedekah; menyingkirkan duri di jalanan adalah sedekah; menolong orang tuli dan buta adalah sedekah; dan menunjukkan orang yang kebingungan, menolong dengan segera orang yang sangat memerlukan adalah sedekahmu terhadap dirimu.”
Rasulullan saw bersabda “Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah”. Senyuman adalah gambaran isi hati yang menggerakkan perasaan yang memancar pada wajah seperti kilatan cahaya yang seakan memanggil sehingga hati yang mendengar akan terpikat. “Kamu tidak akan dapat membahagiakan orang lain dengan hartamu, tetapi yang dapat membahagiakan mereka adalah wajah yang ceria dan akhlak yang mulia.”
Cara bertutur kata dan penampilan da’i akan menarik perhatian orang yang mendengar dan melihatnya, karena pada dasarnya jiwa manusia cenderung tertarik pada penampilan yang indah dan baik. Sehingga benar adanya sebuah ungkapan “Keberhasilan sebuah misi akan bergantung kepada pembawa misi tersebut.” Contoh konkret dari pentingnya penampilan adalah kisah Mush’ab bin Umair ra yang mampu menarik Usaid bin Hudhair dan Sa’ad bin Mu’adz yang awalnya marah menjadi masuk Islam dan menjadi da’i.
Rasulullah saw bersabda “Barangsiapa memandang saudaranya dengan kasih sayang niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya.” Mata menjadi sangat penting bagi da’i karena ketia ia memandang saudaranya dengan kasih sayang, seakan-akan ia telah memberikan seluruh hartanya yang paling berharga. Hal ini tertuang dalan QS Al Kahfi ayat 28.
“Kamu tidak akan masuk surga hingga kamu beriman, dan kamu tidak beriman hingga kamu saling mencintai (karena Allah). Apakah kamu mau jika aku tunjukkan pada satu perkara jika kamu kerjakan perkara itu maka kamu akan saling mencintai? Sebarkanlah salam diantara kamu!” (HR. Muslim) dan “Sebaik baik kamu adalah yang lebih dahulu mengucap salam.”
Memberikan tempat duduk dalam suatu majelis kepada orang yang baru datang akan memberikan kesan tersendiri di hati orang tersebut dan jangan lupa untuk berjabat tangan ketika bertemu “Tidaklah seorang muslim yang bertemu lalu berjabat tangan, kecuali bagi mereka ampunan sebelum mereka berpisah.”
Balaslah keburukan dengan kebaikan “Sambunglah orang yang memutuskanmu, berilah makanan orang bakhil terhadapmu, dan berilah maaf orang yang berbuat zalim terhadapmu.”  “Jika karenamu Allah memberikan hidayah kepada seseorang, maka hal itu lebih baik bagimu daripada unta merah sekalipun.” (Al Hadist). Hal ini juga diperjelas dalam firman Allah QS Asy-Syuara ayat 43.
Sarana untuk membuka hati seseorang sangat banyak, misalnya saat kita meringankan beban orang lain, membuatnya gembira, membayarkan hutangnya, memberinya makan, menemaninya dalam menyelesaikan keperluan.
Anak adalah fondasi sebuah bangunan, sehingga mendidik anak dengan cara Islami sangat penting karena tidak ada paksaan dalam agama. Mulailah dengan memberikan nama yang baik.
Dakwah seseorang bisa dilakukan dengan dua cara. Yang pertama dengan kata-kata dan penjelasan. Hal ini dapat dilakukan dengan berdiskusi tentang masalah-masalah tertentu yang meragukan. Yang kedua adalah dengan perbuatan (keteladanan). Tidak ada artinya bila kita menyeru mereka berbuat sesuatu yang baik tetapi kita tidak memberi contoh pada mereka. Pada hakekatnya manusia akan meihat perbuatan dan sikap seseorang terlebih dahulu sebagai pertimbangan untuk mendengarkan kata-katanya.
Menjadi da’i paling tidak harus memiliki dua karakter yaitu optimis dan sabar. Apabila tidak yakin dengan yang dilakukannya bagaimana bisa mengajak orang lain untuk berbuat baik? Selain itu para da’i juga harus cerdas dan jujur. Harus tahu bagaimana bersikap dalam menghadapi orang yang sedang tersulut emosi maupun orang yang samasekali belum tersentuh da’wah.
Islam adalah agama yang abadi, sementara kehidupan tidak terikat pada bentuk tertentu sehingga cenderung membosankan sehingga manusia berusaha mencari kompensasi. Para pemdakwah juga tidak boleh lupa dengan fenomena masyarakat modern saat ini. Justru harus memanfaatkan semua media dan sarana yang ada untuk berdakwah.
Dalam berdakwah, para da’i harus memiliki strategi khusus. Jangan tergesa-gesa untuk bertindak dan mendapat hasil tapi nantinya malah gagal di tengah jalan. Kejadian tergesa-gesa ini sudah banyak terjadi di lingkungan masyarakat. Orang yang belum tahu tidak langsung pahan dalam semalam, tetapi harus melalui perjalanan kesabaran untuk memberi penjelasan secara perlahan-lahan. Ucapkan salam ketika bertemu, hormati tokoh masyarakat dan orang yang lebih tua, utamakan akhlak tapi jangan lupakan penampilan yang indah karena pada hakekatnya, manusia suka terhadap keindahan. Jangan lupa untuk memuliakan tamu, memanggil seseorang dengan nama indah yang disukainya dan jangan memperpanjang debat. “Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (An-Nahl : 125)

Ada sebuah nasihat yang diberikan Imam Hasan Al-Bana kepada saudara-saudaranya ketika mereka menaiki sebuah sampan di Sungai Nil :
“Perumpamaan kita dalam perjalanan dengan bahtera ini bersama ombak yang mengepung di berbagai penjuru, adalah seperti da’wah kita. Bahtera yang menembus berbagai gelombang, seperti dakwah yang harus melalui banyak rintangan. Kadang bahtera kita oleng ke kanan dan ke kiri dengan hebatnya hingga kita yang di dalamnya merasa khawatir dan gelisah. Lalu kita turukan layar dan mengganti dengan dayung. Untuk itu kesulitan dan perjuangan yang harus dihadapi lebih banyak, dan mungkin menyebabkan terlambat beberapa waktu untuk sampai di tujuan. Namun, hal itu lebih baik daripada berhenti dan tidak pernah sampai.”
Ingatlah bahwa kita hidup di dunia ini hanya sementara, tapi kita sering melupakan hal terpenting itu seperti yang dikatakan Rasulullah saw : “Semua manusia tertidur lelap, hingga ketika kematian menghampiri barulah mereka tersadar.”

No comments:

Post a Comment