ISTI’AB
Yang dimaksud dengan isti’ab (daya tampung) adalah kemampuan seseorang
(da’i) untuk menarik objek dakwah dan merekrut mereka dengan segala perbedaan,
intelektual, kejiwaan, status sosial, dan lain sebagainya. Da’i yang sukses
adalah da’i yang mampu masuk dan mempengaruhi setiap manusia, dengan pemikiran
dan dakwahnya meskipun karakter mereka berbeda-beda. Sehingga isti’ab ini
merupakan keahlian penting bagi seorang da’i.
Meskipun setiap orang memiliki kemampuan isti’ab yang berbeda-beda,
tetapi para da’i dituntut untuk memenuhi standar minimal dalam isti’ab sehingga
da’i itu tidak menjadi penghalang dalam pergerakan Islam. Akan tetapi, jika
semua da’i hanya menggunakan standar minimal saja maka hal ini juga akan
menjadi penghalang dalam perjalanan dakwah. Sehingga, setiap da’i hendaknya
meningkatkan/mengasah kemampuannya dalam isti’ab, dan hal ini menjadi sangat
penting dalam pergerakan dakwah.
Isti’ab eksternal adalah penguasaan terhadap orang yang berada di luar
dakwah, di luar pergerakan, dan di luar organisasi. Isti’ab internal adalah
penguasaan terhadap orang yang berada di dalam organisasi, yakni mereka yang
teah tergabung dalam pergerakan. Kedua sisi ini saling melengkapi untuk
menunjang keberhasilan dalam dakwah. Tidak ada gunanya memiliki penguasaan
terhadap masyarakat luas bila tidak dibarengi dengan penguasaan terhadap
masyarakat yang ada di dalam tanzhim.
Isti’ab eksternal diibaratkan sebagai produsen yang membeli bahan baku
sebagai proses awal untuk melakukan produksi. Sedangkan isti’ab internal
bagaikan proses produksi, menjaga dan mengolah bahan baku menjadi sebuah produk
yang mampu digunakan sesuai fungsi dan kemampuannya di medan dakwah.
Dalam Al-Qur’an, ada beberapa hal yang harus dipenuhi dalam proses
isti’ab eksternal, diantaranya :
1. Kepahaman
tentang agama
Untuk menjadi da’i, seseorang harus memiliki
kepahaman yang baik tentang agama Islam. Setidaknya mengetahui yang halal dan
haram, wajib dan sunah, serta masalah akidah dan hukum. Banyak nash Al-Qur’an
yang menegaskan tentang hal ini, salah satunya dalam QS Az Zumar ayat 9 yang
artinya “..Katakanlah: ‘Adakah sama
antara orang-orang yang mengetahi dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”
Pemahaman terhadap Islam dan pegetahuan umum akan
menjadikan seorang da’i mampu menghadapi dan berbicara dengan masyarakat sesuai
tingkatan intelektualnya.
2. Teladan
yang baik
Seorang da’i harus mampu menjadi teladan yang baik
bagi orang lain. Karena satu contoh perbuatan yang baik lebih bermakna daripada
ribuan kata untuk mengajak kebaikan tetapi tidak tercermin dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini tertuang dalam QS Ash Shaff ayat 2-3 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu
mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah jika
kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat.”
3. Sabar
Untuk merekrut dan mempengaruhi masyarakat
dibutuhkan kesabaran, bukan kejengkelan atau ketergesa-gesaan. “Dan mintalah pertolongan kepada Allah
dengan sabar dan shalat...” (QS Al-Baqarah : 45) “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah
: 153)
4. Lemah
lembut dan santun
Dalam usaha menarik masyarakat, seorang da’i harus
bersikap lemah lembut dan santun, karena masyarakat membenci kekerasan dan
menjauhi pelakunya. Sikap lemah lembut ini telah dicontohkan Rasulullah dalm
keseharian beliau.
5. Memberi
kemudahan
Sikap yang mempermudah suatu persoalan akan
membantu para da’i agar dakwahnya dapat diterima masyarakat.
6. Tawadhu’
Sikap menonjol yang dimiliki seorang da’i yang
membuatnya disukai masyarakat adalah sikap tawadhu’. “Tidak akan masuk surga seorang yang didalam hatinya terdapat sedikit
kesombongan.” (HR Muslim)
7. Murah
senyum dan perkataan yang baik
Murah senyum adalah salah satu sikap yang dapat
melunakkan hati seseorang. Senyum juga merupakan suatu ibadah yang paling
mudah. “Jangan kalian memandang remeh
kebaikan sedikit pun, meski kebaikan itu hanya berupa wajah yang berseri ketika
bertemu dengan saudara kalian.” (HR Muslim)
8. Pemurah
(Dermawan) dan berinfaq kepada orang lain
Kedermawanan merupakan salah satu syarat yang harus
dimiliki da’i agar sukses dalam dakwah. Kedermawanan dalam materi menunjukkan
kelapangan jiwa, sedangkan orang yang kikir menunjukkan kekerdilan jiwanya.
9. Membantu
orang lain
Dakwah bukan hanya melalui mimbar dengan bercramah
disana sini, melainkan seorang da’i harus menerapkan yang dikatakannya dalam
kehidupan sehari-hari. Keringanan tangan untuk menolong orang lain akan dapat
membuka hati masyarakat untuk menerima pemikiran seorang da’i.
Isti’ab internal diibaratkan sebagai proses produksi, pembentukan. Dalam
prosesnya harus melalui tahapan tertentu sesuai aturan yang ada. Tahapan itu
adalah :
1. Isti’ab
‘Aqidi Dan Tarbawi
Pada tahap ini gerakan harus melakukan proses
formulasi terhadap para kader yang bergabung dengannya. Membersihkan mereka
dari hal jahiliyah di masa lalu dan membersihkan dari perbuatan yang tidak
sesuai dengan Islam. Meluruskan perilaku dan akhlak mereka.
Tahapan ini adalah tahap terpenting karena
merupakan dasar dari bangunan pergerakan dakwah. Jika dasarnya tidak kokoh,
maka bangunan akan mudah goyah bahkan ambruk diterpa angin. Pemimpin mempunyai
tanggung jawab paling besar untuk menyiapkan sarana dan manhaj yang diperlukan
dalam isti’ab akidah ini.
Memang kemampuan manusia berbeda-beda untuk memikul
beban ataupun tanggung jawab. Akan tetapi, hal ini tidak berarti harus
memperlonggar dasar-dasar dan prinsip yang menjadi dasar tegaknya kepribadian
Islam.
Sungguh, isti’ab tarbawi tidak boleh didikte oleh
suatu fase atau situasi, karena kapasitas tarbiyah mutlak diperlukan bagi
pemula maupun para senior. Isti’ab tarbawi harus memperharikan perkembangan
kehidupan dan tahapan alami yang dilalui oleh tiap individu, sehingga dapat
diterapkan pendekatan yang tepat terhada individu tersebut. Isti’ab tarbawi
harus memenuhi semua bidang terbiyah, terukur, dan menggunakan semua parameter
syariat dengan mengambil semua azimah
(hukum asal)-nya dan berbagai keringanannya.
Banyak sunah rasul dalam pembentukan pribadi
muslim. Sunah-sunah tersebut memiliki kaidah asasi tersendiri, diantaranya :
Memenangkan sisi positif atas sisi negatif
Memenangkan sikap proporsional atas sikap
berlebihan
Sedikit tapi kontinyu lebih baik daripada banyak
tapi terputus
Sunah rasul mendahulukan prioritas dalam
pembentukan
Pembentukan melalui keteladanan
Pembentukan yang menyeluruh dan tidak parsial
Keshalihan lingkungan dan pengaruhnya dalam
pembentukan
Dampak pahala dan hukuman dalam pembentukan
Secara
global, tingkatan penggunaan prinsip ini adalah :
o Pertama, melalui nasihat
o Kemudian tindakan lemah lembut
o Menyampaikan peringatan tidak langsung
o Menyampaikan celaan
o Memutuskan hubungan sementara
o Menggunakan hukuman yang sesuai dan membuat jera
2. Isti’ab
Haraki
Yang dimaksud isti’ab haraki adalah kemampuan sebuah
pergerakan dalam menampung para anggotanya, para pendukungnya, dan para
simpatisannya.
Terkait
dengan daya tampung gerakan terhadap para anggotanya
Daya
tampung gerakan terhadap para anggotanya merupakan syarat utama untuk
keberhasilan gerakan itu. Banyak gerakan yang memiliki ribuan anggota tetapi
tidak dapat memanfaatkan potensi gerakannya. Di sisi lain, ada kerakan yang
aggotanya hanya puluhan tapi dapat memaksimalkan potensi anggotanya sehingga
memiliki pengaruh yang besar dalam masyarakat.
Beberapa
syarat suatu pergerakan untuk bisa menampung anggotanya :
o Melakukan proses tarbiyah yang matang
o Tersedianya potensi dan kapabilitas serta faktor
pendukung lainnya dalam sebuah pergerakan
o Memahami semua anggotanya dengan benar
o Mengerahkan seluruh anggota sehingga
malipatgandakan hasil
o Penugasan anggota secara bersama-sama, bukan
individual
Terkait
dengan isti’ab haraki
Pemimpin
dan anggota suatu pergerakan dituntut untuk menguasai masalah pergerakan.
Beberapa masalah yang berkaitan dengan pergerakan yang harus dikuasai oleh para
da’i adalah :
o Pemahaman yang benar dan sempurna tentang sasaran
dan sarana yang digunakan
o Memahami tahzhim
dan tabiatnya dangan benar
o Pemahaman yang benar dan menyeluruh terhadap tabiat
teman dan lawan berikut konsekuensinya
o Pemahaman yang baik tentang berbagai aspek tabi’at
dan kebutuhan amal
o Menjauhi fenomena istiknaf
No comments:
Post a Comment