Saturday, April 6, 2013

ISTI’AB


ISTI’AB

Yang dimaksud dengan isti’ab (daya tampung) adalah kemampuan seseorang (da’i) untuk menarik objek dakwah dan merekrut mereka dengan segala perbedaan, intelektual, kejiwaan, status sosial, dan lain sebagainya. Da’i yang sukses adalah da’i yang mampu masuk dan mempengaruhi setiap manusia, dengan pemikiran dan dakwahnya meskipun karakter mereka berbeda-beda. Sehingga isti’ab ini merupakan keahlian penting bagi seorang da’i.

Meskipun setiap orang memiliki kemampuan isti’ab yang berbeda-beda, tetapi para da’i dituntut untuk memenuhi standar minimal dalam isti’ab sehingga da’i itu tidak menjadi penghalang dalam pergerakan Islam. Akan tetapi, jika semua da’i hanya menggunakan standar minimal saja maka hal ini juga akan menjadi penghalang dalam perjalanan dakwah. Sehingga, setiap da’i hendaknya meningkatkan/mengasah kemampuannya dalam isti’ab, dan hal ini menjadi sangat penting dalam pergerakan dakwah.
Isti’ab eksternal adalah penguasaan terhadap orang yang berada di luar dakwah, di luar pergerakan, dan di luar organisasi. Isti’ab internal adalah
penguasaan terhadap orang yang berada di dalam organisasi, yakni mereka yang teah tergabung dalam pergerakan. Kedua sisi ini saling melengkapi untuk menunjang keberhasilan dalam dakwah. Tidak ada gunanya memiliki penguasaan terhadap masyarakat luas bila tidak dibarengi dengan penguasaan terhadap masyarakat yang ada di dalam tanzhim.
Isti’ab eksternal diibaratkan sebagai produsen yang membeli bahan baku sebagai proses awal untuk melakukan produksi. Sedangkan isti’ab internal bagaikan proses produksi, menjaga dan mengolah bahan baku menjadi sebuah produk yang mampu digunakan sesuai fungsi dan kemampuannya di medan dakwah.
Dalam Al-Qur’an, ada beberapa hal yang harus dipenuhi dalam proses isti’ab eksternal, diantaranya :
1.    Kepahaman tentang agama
Untuk menjadi da’i, seseorang harus memiliki kepahaman yang baik tentang agama Islam. Setidaknya mengetahui yang halal dan haram, wajib dan sunah, serta masalah akidah dan hukum. Banyak nash Al-Qur’an yang menegaskan tentang hal ini, salah satunya dalam QS Az Zumar ayat 9 yang artinya “..Katakanlah: ‘Adakah sama antara orang-orang yang mengetahi dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’ Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”
Pemahaman terhadap Islam dan pegetahuan umum akan menjadikan seorang da’i mampu menghadapi dan berbicara dengan masyarakat sesuai tingkatan intelektualnya.
2.   Teladan yang baik
Seorang da’i harus mampu menjadi teladan yang baik bagi orang lain. Karena satu contoh perbuatan yang baik lebih bermakna daripada ribuan kata untuk mengajak kebaikan tetapi tidak tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tertuang dalam QS Ash Shaff ayat 2-3 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah jika kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat.”
3.   Sabar
Untuk merekrut dan mempengaruhi masyarakat dibutuhkan kesabaran, bukan kejengkelan atau ketergesa-gesaan. “Dan mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat...” (QS Al-Baqarah : 45) “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah : 153)
4.   Lemah lembut dan santun
Dalam usaha menarik masyarakat, seorang da’i harus bersikap lemah lembut dan santun, karena masyarakat membenci kekerasan dan menjauhi pelakunya. Sikap lemah lembut ini telah dicontohkan Rasulullah dalm keseharian beliau.
5.   Memberi kemudahan
Sikap yang mempermudah suatu persoalan akan membantu para da’i agar dakwahnya dapat diterima masyarakat.
6.   Tawadhu’
Sikap menonjol yang dimiliki seorang da’i yang membuatnya disukai masyarakat adalah sikap tawadhu’. “Tidak akan masuk surga seorang yang didalam hatinya terdapat sedikit kesombongan.” (HR Muslim)
7.    Murah senyum dan perkataan yang baik
Murah senyum adalah salah satu sikap yang dapat melunakkan hati seseorang. Senyum juga merupakan suatu ibadah yang paling mudah. “Jangan kalian memandang remeh kebaikan sedikit pun, meski kebaikan itu hanya berupa wajah yang berseri ketika bertemu dengan saudara kalian.” (HR Muslim)
8.   Pemurah (Dermawan) dan berinfaq kepada orang lain
Kedermawanan merupakan salah satu syarat yang harus dimiliki da’i agar sukses dalam dakwah. Kedermawanan dalam materi menunjukkan kelapangan jiwa, sedangkan orang yang kikir menunjukkan kekerdilan jiwanya.
9.   Membantu orang lain
Dakwah bukan hanya melalui mimbar dengan bercramah disana sini, melainkan seorang da’i harus menerapkan yang dikatakannya dalam kehidupan sehari-hari. Keringanan tangan untuk menolong orang lain akan dapat membuka hati masyarakat untuk menerima pemikiran seorang da’i.
Isti’ab internal diibaratkan sebagai proses produksi, pembentukan. Dalam prosesnya harus melalui tahapan tertentu sesuai aturan yang ada. Tahapan itu adalah :
1.    Isti’ab ‘Aqidi Dan Tarbawi
Pada tahap ini gerakan harus melakukan proses formulasi terhadap para kader yang bergabung dengannya. Membersihkan mereka dari hal jahiliyah di masa lalu dan membersihkan dari perbuatan yang tidak sesuai dengan Islam. Meluruskan perilaku dan akhlak mereka.
Tahapan ini adalah tahap terpenting karena merupakan dasar dari bangunan pergerakan dakwah. Jika dasarnya tidak kokoh, maka bangunan akan mudah goyah bahkan ambruk diterpa angin. Pemimpin mempunyai tanggung jawab paling besar untuk menyiapkan sarana dan manhaj yang diperlukan dalam isti’ab akidah ini.
Memang kemampuan manusia berbeda-beda untuk memikul beban ataupun tanggung jawab. Akan tetapi, hal ini tidak berarti harus memperlonggar dasar-dasar dan prinsip yang menjadi dasar tegaknya kepribadian Islam.
Sungguh, isti’ab tarbawi tidak boleh didikte oleh suatu fase atau situasi, karena kapasitas tarbiyah mutlak diperlukan bagi pemula maupun para senior. Isti’ab tarbawi harus memperharikan perkembangan kehidupan dan tahapan alami yang dilalui oleh tiap individu, sehingga dapat diterapkan pendekatan yang tepat terhada individu tersebut. Isti’ab tarbawi harus memenuhi semua bidang terbiyah, terukur, dan menggunakan semua parameter syariat dengan mengambil semua azimah (hukum asal)-nya dan berbagai keringanannya.
Banyak sunah rasul dalam pembentukan pribadi muslim. Sunah-sunah tersebut memiliki kaidah asasi tersendiri, diantaranya :
*    Memenangkan sisi positif atas sisi negatif
*    Memenangkan sikap proporsional atas sikap berlebihan
*    Sedikit tapi kontinyu lebih baik daripada banyak tapi terputus
*    Sunah rasul mendahulukan prioritas dalam pembentukan
*    Pembentukan melalui keteladanan
*    Pembentukan yang menyeluruh dan tidak parsial
*    Keshalihan lingkungan dan pengaruhnya dalam pembentukan
*    Dampak pahala dan hukuman dalam pembentukan
Secara global, tingkatan penggunaan prinsip ini adalah :
o   Pertama, melalui nasihat
o   Kemudian tindakan lemah lembut
o   Menyampaikan peringatan tidak langsung
o   Menyampaikan celaan
o   Memutuskan hubungan sementara
o   Menggunakan hukuman yang sesuai dan membuat jera

2.   Isti’ab Haraki
Yang dimaksud isti’ab haraki adalah kemampuan sebuah pergerakan dalam menampung para anggotanya, para pendukungnya, dan para simpatisannya.
*    Terkait dengan daya tampung gerakan terhadap para anggotanya
Daya tampung gerakan terhadap para anggotanya merupakan syarat utama untuk keberhasilan gerakan itu. Banyak gerakan yang memiliki ribuan anggota tetapi tidak dapat memanfaatkan potensi gerakannya. Di sisi lain, ada kerakan yang aggotanya hanya puluhan tapi dapat memaksimalkan potensi anggotanya sehingga memiliki pengaruh yang besar dalam masyarakat.
Beberapa syarat suatu pergerakan untuk bisa menampung anggotanya :
o   Melakukan proses tarbiyah yang matang
o   Tersedianya potensi dan kapabilitas serta faktor pendukung lainnya dalam sebuah pergerakan
o   Memahami semua anggotanya dengan benar
o   Mengerahkan seluruh anggota sehingga malipatgandakan hasil
o   Penugasan anggota secara bersama-sama, bukan individual
*    Terkait dengan isti’ab haraki
Pemimpin dan anggota suatu pergerakan dituntut untuk menguasai masalah pergerakan. Beberapa masalah yang berkaitan dengan pergerakan yang harus dikuasai oleh para da’i adalah :
o   Pemahaman yang benar dan sempurna tentang sasaran dan sarana yang digunakan
o   Memahami tahzhim dan tabiatnya dangan benar
o   Pemahaman yang benar dan menyeluruh terhadap tabiat teman dan lawan berikut konsekuensinya
o   Pemahaman yang baik tentang berbagai aspek tabi’at dan kebutuhan amal
o   Menjauhi fenomena istiknaf


No comments:

Post a Comment