Saturday, April 21, 2012

Sebuah resume


ceritanya udah lama nih ga update blog,,, 
kebetulan saya punya file yang ingin di share ke temen2 :)
semoga bermanfaat....


Beginilah Jalan Dakwah Mengajarkan Kami

Jalan da’wah mengajarkan bahwa kami memang membutuhkan da’wah. Kebersamaan dengan saudara-saudara di jalan ini semakin menegaskan bahwa kami harus hidup bersama mereka di jalan ini agar berhasil dalam hidup dunia dan akhirat kami.
Sabda Rasulullah SAW,  “Barangsiapa mengajak kepada petunjuk Allah maka ia akan mendapat pahala yang sama seperti jumlah pahala orang yang mengikutinya tanpa dikurangi sedikitpun oleh orang yang mengikutinya.” (HR.Muslim). Dalam riwayat lain disebutkan, “Sesungguhnya Allah, para Malaikat, semut yang ada di dalam lubangnya, bahkan ikan yang ada di dalam lautan akan berdo’a untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR.Tirmidzi). Da’wah akan menjadi penghalang turunnya azab Allah seperti disebutkan dalam QS Al A’raf ayat 164-165.
Amal jama’i harus dilakukan karena ia termasuk dalam perintah yang diwajibkan agama dan tuntutan realitas sekaligus. Selain itu, manusia cenderung lemah ketika bekerja sendirian. “Dan hendaklah (ada) diantara kalian umat yang menyerukan pada kebaikan, memerintahkan pada kebaikan dan melarang pada yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang menang.”(QS Ali Imran : 104). Dalam QS Al Anfal ayat 73 disebutkan bahwa orang kafir saling membantu dalam kekafiran, sehingga bila kita tidak saling membantu dalam kebaikan maka kerusakan akan merajalela.

Tak semua batu bata diletakkan pada posisi yang tinggi, dan tidak juga harus semuanya ada di bawah. Bahkan terkadang si tukang batu, akan memotong batu bata tertentu jika dibutuhkan untuk menutup posisi batu bata yang masih kosong guna melengkapi bangunannya.
“Jika kalian menolong (agama) Allah niscaya Dia menolong kalian dan mengokohkan pijakan kaki kalian” (QS Muhammad : 9). Sebaik baiknya bekal adalah bekal taqwa, baik untuk perjalanan di dunia maupun perjalanan dari dunia.
Kebersamaan dalam jalan dakwah terikat 5 hal, yaitu ikatan akidah, ikatan pemikiran, ikatan persaudaraan, ikatan organisasi dan ikatan janji. Apabila pilihan kami sudah jatuh di jalan da’wah maka kami juga harus komit terhadap seperangkat disiplin dan tata cara tertentu yang harus kami tunaikan. Akan tetapi, tidak semua manusia harus terikat secara formal dalam jalan da’wah ini. Ketsiqahhan (kepercayaan) menjadi bekal utama dalam perjalanan ini sehingga setiap orang tidak harus menyembunyikan kemampuannya, mengubur bakat dan idenya untuk ditempatkan sesuai perintah pimpinan.

Dalam kehidupan ini, setiap orang memiliki kelompok dan jama’ahnya sendiri-sendiri. Dan setiap kelompok mempunyai simbol dan syiarnya sendiri-sendiri. Tapi setiap orang jika tidak diikat dan dihimpun oleh al haq, maka ia akan tercerai berai oleh kebatilan. Waktu itu seperti pedang, jika engkau tidak mematahkannya maka ia yang akan mematahkanmu. Jiwamu jika tidak engkau sibukkan dengan kebenaran niscaya ia disibukkan dengan kebatilan. (Qiimatu Zaman ‘Indal ‘Ulama, Syaikh Abdul Fattah Abu Guddah ra, 1/25)
Salah satu hikmah paling berharga dari yang kami peroleh di jalan ini adalah kami semakin mampu memperoleh tenaga dari kelebihan masng-masing saudara, karena setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Tak ada kebaikan yang lebih indah dari pertemuan kami dengan orang-orang shaleh, karena hal itu membawa pengaruh ruhiyat yang hebat. Kami bisa merasakan suplay energi yang besar saat bertemu dan berinteraksi dengan mereka.
Meskipun dekat, tetapi kami juga membutuhkan waktu untuk melakukan amal shalih seorang diri yang tidak perlu ditunjukkan kepada orang lain. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian amal shalih kita tetap harus ditampilkan.
Sudut pandang negatif dapat mematikan upaya kebaikan yang semestinya dapat dilakukan.

Jalan da’wah ini mengajarkan bahwa sebaiknya kami melihat kepada diri kami terlebih dahulu, melakukan prasangka baik kepada orang lain, sampai jelas suatu kebenaran itu benar dan kesalahan itu kesalahan. Jangan hanya melihat dari aspek yang terlihat secara langsung.
Tidak boleh ada bias orientasi di jalan ini. Kesungkanan dan keengganan dalam memanfaatkan kekuasaan sulit diterima karena penolakan itu bisa jadi menjadikan orang yang tidak amanahlah yang memegang kekuasaan sehingga menghalangi jalannya da’wah.
Kesalahan adalah resiko sebuah aktivitas. Salah besar jika menilai bahwa kelompok penyeru da’wah ini tidak boleh melakukan kekeliruan. Akan tetapi, kekeliruan intu tetap kami sikapi secara benar dan harus diluruskan dengan adap dan tata cara yang baik. Disamping itu kami juga harus memiliki daya inspiratif dan antisipatif yang memadahi untuk menghapadi fitnah agar tercipta stabilitas kolektif, soliditas institusi dan produktifitas perjuangan yang baik dalam da’wah. Ada banyak hikmah berharga dari kesalahan, diantaranya bahwa tidak ada manusia yang luput dari kesalahan sehingga menjadikan orang tetap tawadhu’ walaupun telah mencapai taraf keimanan  yang tinggi.
Mungkinkah mundur dari da’wah? Mungkin. Alasannya agar dapat memperbanyak ibadah pribadi dan mengurangi dosa jika berbaur. Namun, berda’wah dan berbaur dapat memberi anfaat  bagi diri sendiri dan orang lain. Tidak ada da’wah yang dapat dilakukan tanpa berbaur.

Keletihan itu, akan menjadi beban ketika kami merasakannya sebagai keletihan fisik yang  tidak diikuti oleh keyakinan ruhiyah. Maka sesungguhnya kesempitan di jalan ini pasti menyimpan  hikmah luar biasa yang akan tercurah dalam bentuk rahmat Allah swt. “Dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang beriman serta mengerjakan amal shaleh serta menambah (pahala) kepada mereka dari karunianya.” (QS Asy Syu’ara : 26).
Meskipun letih dalam perjalanan ini dan waktu pun terasa kurang, namun tidak boleh meninggalkan ibadah wajib dan sunah yang sudah biasa dilaksanakan. Ujian kesulitan bukanlah ujian terberat dalam jalan ini, justru ujian kenikmatan yang lebih melenakan manusia. Ya, haziihii sabiilii (inilah jalanku), jalan yang menjadikan kami tidak mudah terkesima dan tergoda dengan kenikmatan dunia.
“Mu’min yang berbaur dengan manusia dan bersabar dari berbagai kondisi yang menyakitkan dari mereka, itu lebih baik dari mu’min yang tidak berbaur dengan manusia dan tidak bersabar dari berbagai kondisi yang menyakitkan dari mereka.” (HR Tirmidzi). Kami dan saudara-saudara kami di jalan ini harus menjadikan taubat dan kembali kepada Allah sebagai jalan keluar dari semua kesulitan yang kami alami.
Perjalanan ini tidak boleh berhenti. Jalan da’wah ini bukanlah jalan yang lembut dan mudah, disana ada puing-puing kebatian dan kesesatan. Jika seratus kali da’wah belum masuk dalam hati, mungkin akan masuk pada seratus satu kali. Jika seribu kali d’wah belum masuk dalam hati, mungkin akan masuk pada seribu satu kali.
Kata-kata kebaikan itu ibarat menebar benih kebaikan yang akan tumbuh dimanapun tempat ia jatuh. Jika benih itu telah tumbuh, maka pohonnya akan berbuah dan membawa manfaat yang banyak, dengan izin Allah.

No comments:

Post a Comment